Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah seorang yang amat terobsesi terhadap aspek Sihir semenjak saya membaca novel Harry potter yang telah menyihir diri saya.

Kamis, 05 November 2009

Udah lama gak pernah posting............

Selasa, 24 Februari 2009

Sybil Leek, Penyihir abad dua puluh (3)




Penyihir Muda, Janda, dan PLP






Saat berusia empat belas tahun, Sybil bekerja paruh waktu di sebuah meseum dan galeri seni dekat kota Leek(hanya kebetulan namanya sama),Staffordshire, sembari menghidupkan koran lokal sebagai seorang reporter.

Suatu hari saat sedang piket kerja pagi hari di museum, dia melihat pengumuman bertulis bahwa seorang pianis konduktor terkenal akan mengadakan pertunjukan di aula meseum. Seperangkat alat piano besar yang indah dan megah dimasukan dalam aula. Dia mendengar piano tersebut tengah di setem, dan saat makan siang, dia beranjak ke aula tempat konser dan menjajal piano itu. Ketika menaiki tangga marmer, dia terhenyak dan melihat foto lelaki yang akan tampil. Dia tampak tenang dan tampan. Dia berpikir bahwa mungkin lelaki itu berbintang Aquarius.

Dia bergegas ke aula, dengan hati-hati menutup pintu-pintu besar yang berderet di sana, dan duduk di depan piano. Alat musik ini sangat indah. Dan saat dia menekan tuts-tutsnya untuk memainkannya sedikit saja, punggungnya gemetaran. Dan saat mencoba memainkan lagi, mendadak tngan seseorang muncul di tuts dan mulai memainkan notasi yang sulit untuk dia ingat nadanya. Tubuhnya beku saking ketakutan, dan tak berani melihat siapa orang itu.

"Ayo, mainkan bersamaku di sini."
"Aku tak bisa aku seharusnya tak boleh kesini."
"Begitu juga aku, tapi aku ingin melihat piano macam apa yang akan aku mainkan. Aku harus mencobanya juga."

Suaranya terdengar ramah dan Sybil mengumpulkan segenap keberaniannya untuk melihat wajahnya. Dia laki-laki yang fotonya di lihat di tangga tadi.

Sybil mencoba menjelaskan, tapi laki-laki tersebut asyik memainkan piano. Tiba-tiba dia berhenti, "Kamu akan menghadiri konser malam ini, kan?"

Sybil mengangguk.

"Well, tunggu aku nanti ya, aku memang tidak punya waktu tapi aku ingin berbincang denganmu."

Sybil tidak mampu menjawab dan mengangguk lagi.

"Oke sampai ketemu nanti, sekarang aku harus berlatih"

Sybil lalu beranjak dari aula dan sebelum sampai di tangga bawah, Sybil mendengarnya memainkan piano.

Konser malam itu sukses besar. Ketika konser berakhir, Sybil bergegas menuju belakang aula, menemui pria tersebut.

Sejak saat itu, mereka mulai dekat sampai akhirnya mereka menikah saat Sybil berusia 16 tahun, lelaki itu lebih tua 24 tahun darinya. Sebagian keluargannya tampak tidak setuju. Tapi pada dasarnya mereka menerima pernikahan tersebut. Hanya nenek yang tampak khawatir dan sedih saat dia mengucapkan salam perpisahan pada mereka.

Dia mengatakan, "Ini rumahmu, kebahagiaan harus direngkuh sebisa mungkin untuk orang-orang seperti kita, tapi kamu harus cukup bijak memahami bahwa kadang kala kita hanya bisa sesaat merasakannya dan kemudian kata harus memulainya lagi."

Waktu itu dia masih belum mengerti maksud neneknya. Dia masih muda, sedang dilanda cinta, dan hidup terasa indah. Tapi akhirnya suaminya meninggal. Dia mendapati dirinya, saat berusia 18 tahun sebagai penyihir tanggung, pianis tanggung, dan seorang janda.

Dia kembali pulang dan bersyukur tidak larut dalam duka. Pekerjaan adalah obatnya. Dia sering berjalan-jalan di New Forest bersama para suku gipsi yang menyambutnya dengan baik.
Dia juga menikah dengan Brian(tidak diketahui kapan mereka menikah) yang memberikan 2 anak padanya, Stephen dan Julian.

Sybil juga mempunyai sebuah toko barang-barang antik, dan terbukti sukses. Persepsi di Luar Pancaindera(PLP) sangat membantu ketimbang kelihaian berdagang. Dia juga suka mencari barang-barang langka.

Pernah suatu kalidi membeli 2 patung dewa Afrika dari kayu di sebuah vila di Somerset. Patung itu,(berbeda dengan yang lain) disimpan di tempat yang sulit ditemukan. Pada suatu hari, 2 orang wanita melihat-lihat ke ruang toko bagian belakang, dan menemukan patung tersebut yang membuat Sybil terkejut. Sybil berusaha melarang untuk di beli tapi 2 oarang tersebut ngotot ingin membelinya, bahkan sudah mengeluarkan uang 5 poundsterlling.

Sybil berkata bahwa jika mereka membelinya maka mereka akan mendapat kecelakaan, namun mereka tidak mau dengar dan pergi membawa kedua patung itu.

Minggu malam dia ditelpon oleh wanita tersebut. Dia bercerita bahwa mereka mengalami kecelakaan, dan putrinya tewas. dia berkata bahwa telah menemukan setu patung di mobil dan sedang dikirim melalui paket.

Patung tersebut dikirim lewat pos, Sybil segera membakar habis patung tersebut dan menguburnya di belakang rumah, sambil membisikan kata kata kepada roh jahat yang telah membawa kekuatan perusak dari Afrika ke Inggris.

Bersambung..............

Selasa, 03 Februari 2009

Sybil Leek, Penyihir abad dua puluh (2)




Seorang Penyihir pun membutuhkan pendidikan






Ya, Sybil leek membuktikan bahwa seorang penyihir seperti halnya dia dan komunitasnya membutuhkan pendidikan.

Pada saat berusia 11 tahun, seorang ibu-ibu dari dewan pendidikan akan datang menanyakan mengapa dia tidak masuk sekolah. Sybil mempunyai seorang guru privat bernama Madame Pappereilli yang selalu naik darah jika ibu-ibu dari dewan pendidikan datang.

Pada akhirnya orang tuanya memutuskan bahwa Sybil harus masuk sekolah. Namun begitu, neneknya sama sekali tidak setuju dan tidak segan mengutarakan kecemasannya. Namun orangtuanya bergeming.

"Anak-anak butuh sekolah"

Merasa terpukul neneknya berkata "Yah, setidaknya, kehidupan terbentang untukmu. Ini akan terasa berat bagimu tapi jika itu keinginan mereka, kamu harus sekolah."
Dia mengatakan pada orangtua Sybil.

"Masa-masa awal kehidupan seorang anak begitu penting. Jangan lupa aku dulu mengasuhnya dan dia terlalu pintar untuk bisa melupakan ajaran-ajaranku, tak peduli apapun yang orang tanamkan padanya sekarang."

Sekolah yang dipilih sangat bagus. Bangunan dari batu tua di atas tanah milik bangsawan Inggris yang dibangun dengan gaya Tudor ini ditata sedemikian rupa seperti taman yang luas. Di sekitar aula dibangun pagar tanaman yang panjang, memagari bunga-bunga di dalamnya. Di situ terhampar halaman rerumputan yang hijau, lapangan tenis, dan dia berpikir inilah pasti yang disuka gadis-gadis kota.

Seorang ibu muda mengantarkannya ke ruang kepala sekolah dan tampaknya dia ramah.

"Kamu nanti masuk di kelas 4B.Aneh sekali, kamu tidak punya raport pendidikan terakhir padahal usiamu sekarang sudah dua belas tahun."

"Tapi saya tahu banyak asoal ramuan," kilahnya.

"Disini kami menyebutnya ilmu botani ' dan itu masuk kategori pelajaran tambahan."

"Nenekku bilang ini sangat penting."

"Ya, aku pernah dengar tentang nenekmu tapi kita harus mengembangkan hal-hal yang mungkin pernah diajarkan padamu.Besok kamu harus latihan tes."

Sybil ditemani oleh ibu muda tadi ke asrama.

"Kamu tinggal di kamar 12A" katanya.

"Bagus 12A sama dengan tiga belas. Kenapa tidak di sebut tigabelas saja?"

"Jangan menyebut tentang tiga belas disini," balasnya kasar.

Tes yang dilakukan esoknya, tidak begitu sulit sehingga Sybil bisa menjawab dengan baik.

Sekolah ini penuh aturan, tak boleh memetik bunga, memainkan piano pun tidak boleh, memberi makan burung, pernah ketika dia mempraktekan yang diajarkan oleh bibi Cristina padanya, dalam satu hari dia bisa mengumpulkan banyak masalah.

Dia pernah meramal kematian Elise Barton, dan dia ceritakan pada guru sainsnya, gurunya melarang dia bilang pada siapapun. Pada semester kedua, sehari sebelum masuk sekolah, Elise Barton meninggal karena radang selaput otak, Elise adalah sahabatnya di sekolah dan anak yang pintar.

Guru matematika adalah kutukan hidupnya. Dia pernah melakukan proyeksi astral, diman rohnya malah ngeluyur ka kelas lain. Pernah dia di panggil keruang kepala sekolah karena dia terdaftar di dua kelas, yaitu kelas matematika dan kelas bahasa inggris. Dua guru bersumpah bahwa dia ada di ruang kelas mereka. Orangtuanya dipanggil(Ibu dan neneknya yang kesekolah).

Karena nilai-nilainya baik maka dia tidak jadi di keluarkan. Neneknya menyuruhnya pulang kerumah(amat senang sepertinya), namun ibunya menyuruhnya agar "bertingkah baik".

Nilai-nilai Sybil pada saat ujian. Ketika Oxford School Certificate di umumkan , dia lulus dengan nilai tujuh pada delapan pelajaran. Kepala sekolah memberikan selamat, menanyakan apakah orangtuanya mengiginkannya masuk universitas, seraya dia yakin dapat mencarikan beasiswa.

Neneknya campur tangan.

"Anak ini sudah banyak memperolaeh pendidikan macam itu; sekarang serahkan padaku" katanya.


bersambung






Jumat, 09 Januari 2009

Sybil Leek, Penyihir abad dua puluh (1)


Sybil dan keluarganya

Sybil leek lahir pada 22 febuary 1917, dia lahir di tempat klasik bagi penyihir, di persimpangan pertemuan tiga sungai, di belahan Staffordshire yang gersang dan liar, dan tinggal di Burley tepatnya New Forest.
Ayahnya jenis orang yang lemah lembut yang menyukai perjalanan jauh. Dulu ayahnya seorang aktor bermazhab shakespherian pada group teater terkenal milik Sir Frank Banson, namun akhirnya berhenti dari dunia panggung ketika menikah. Nenek dari ibunya adalah seorang koki handal yang hebat. Dapur adalah pusat rumah tangga dan di dalamnya dialah ratunya.
3 tahun menjalani pendidikan tradisional, kenyataan yang kerap meresahkan kebanyakan orang. Iq-nya yang 164 dianggap tidak wajar bagi jenis orang dengan pendidikan yang tidak wajar pula. Sybil juga belajar di mana tumbuhan untuk ramuan biasa tumbuh, ketika berusia 10 tahun, dia telah menyerap ilmu sihir dibanding kebanyakkan orang. Ketika berusia belasan tahun dia sudah mempelajari sejarah alam dari ayahnya, astrologi dari neneknya, hewan dan burung-burung liar dari bibinya, dan musik dari ibunya yang lihai.
sybil mempunyai seekor gagak yang terkenal bernama Tuan Hotfoot Jackson (dapat dilihat di foto) . Sebelumnya dia memiliki seekor burung hantu yang didapatkannya di Consal woods. Namun setelah sembuh dari penyakit Difteri yang dideritanya, dia tak pernah melihat burung itu. itu terjadi ketika suatu malam, neneknya duduk di sisi tempat tidurnya, di pegangnya burung hantu kesayangannya.
"Kamu suka peliharaan mu ini melebihi apa pun?" dia bertanya.
Sybil mengangguk lemah.
"Kamu tahu kalau kamu sedang sakit?"
Sybil mengangguk lagi.
"Jika kamu harus memilih antara burung ini dan dirimu, mana yang kau pilih?"
Sybil tidak menjawab.
"Burung ini akan mati," neneknya melanjutkan dengan lembut "ini harga yang harus kau bayar bila kau ingin tetap hidup".
Keesokan paginya tenggorokannya terasa lebih baik. Sybil bisa melongok lewat jendela dan dia bisa melihat dengan jelas sepupu-sepupunya tengah bermain.
Sejak saat itu dia tidak pernah melihat burung itu lagi.
Barulah setelah beberapa tahun kemudian, dia mulai mengerti : segala sesuatu yang terjadi ada hubungannya dengan pengorbanan, inilah pola kehidupan kita, meski tidak sedramatis kisah-kisah dahulu tentang pengorbanan yang kita percayai.
"Kadang ketika orang sakit, pasti akan berguna bila penyakit itu dialihkan kepada sesuatu yang lain"

Bersambung..........


Dari Redaksi

SELAMAT TAHUN BARU 2009
Hari-hari yang menyibukkan, aku harus mengerjakan deadline soal Sybil leek dengan membaca bukunya, yang sampai artikel ini diturun buku itu belum selesai aku baca buku itu.
Maka saya persembahkan artikel pertama tentang kehidupan Sybil leek, yang saya ringkas dari buku : Petuah bijak seorang penyihir
selamat menikmati......

Rabu, 24 Desember 2008

Giles Corey

Giles Corey, ketika tertuduh sebagai Penyihir

Rumah hakim Jonathan Corwin

Inilah rumah Jonathan Corwin, hakim yang bertanggung jawab atas pembantaian ini