Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah seorang yang amat terobsesi terhadap aspek Sihir semenjak saya membaca novel Harry potter yang telah menyihir diri saya.

Jumat, 09 Januari 2009

Sybil Leek, Penyihir abad dua puluh (1)


Sybil dan keluarganya

Sybil leek lahir pada 22 febuary 1917, dia lahir di tempat klasik bagi penyihir, di persimpangan pertemuan tiga sungai, di belahan Staffordshire yang gersang dan liar, dan tinggal di Burley tepatnya New Forest.
Ayahnya jenis orang yang lemah lembut yang menyukai perjalanan jauh. Dulu ayahnya seorang aktor bermazhab shakespherian pada group teater terkenal milik Sir Frank Banson, namun akhirnya berhenti dari dunia panggung ketika menikah. Nenek dari ibunya adalah seorang koki handal yang hebat. Dapur adalah pusat rumah tangga dan di dalamnya dialah ratunya.
3 tahun menjalani pendidikan tradisional, kenyataan yang kerap meresahkan kebanyakan orang. Iq-nya yang 164 dianggap tidak wajar bagi jenis orang dengan pendidikan yang tidak wajar pula. Sybil juga belajar di mana tumbuhan untuk ramuan biasa tumbuh, ketika berusia 10 tahun, dia telah menyerap ilmu sihir dibanding kebanyakkan orang. Ketika berusia belasan tahun dia sudah mempelajari sejarah alam dari ayahnya, astrologi dari neneknya, hewan dan burung-burung liar dari bibinya, dan musik dari ibunya yang lihai.
sybil mempunyai seekor gagak yang terkenal bernama Tuan Hotfoot Jackson (dapat dilihat di foto) . Sebelumnya dia memiliki seekor burung hantu yang didapatkannya di Consal woods. Namun setelah sembuh dari penyakit Difteri yang dideritanya, dia tak pernah melihat burung itu. itu terjadi ketika suatu malam, neneknya duduk di sisi tempat tidurnya, di pegangnya burung hantu kesayangannya.
"Kamu suka peliharaan mu ini melebihi apa pun?" dia bertanya.
Sybil mengangguk lemah.
"Kamu tahu kalau kamu sedang sakit?"
Sybil mengangguk lagi.
"Jika kamu harus memilih antara burung ini dan dirimu, mana yang kau pilih?"
Sybil tidak menjawab.
"Burung ini akan mati," neneknya melanjutkan dengan lembut "ini harga yang harus kau bayar bila kau ingin tetap hidup".
Keesokan paginya tenggorokannya terasa lebih baik. Sybil bisa melongok lewat jendela dan dia bisa melihat dengan jelas sepupu-sepupunya tengah bermain.
Sejak saat itu dia tidak pernah melihat burung itu lagi.
Barulah setelah beberapa tahun kemudian, dia mulai mengerti : segala sesuatu yang terjadi ada hubungannya dengan pengorbanan, inilah pola kehidupan kita, meski tidak sedramatis kisah-kisah dahulu tentang pengorbanan yang kita percayai.
"Kadang ketika orang sakit, pasti akan berguna bila penyakit itu dialihkan kepada sesuatu yang lain"

Bersambung..........


Dari Redaksi

SELAMAT TAHUN BARU 2009
Hari-hari yang menyibukkan, aku harus mengerjakan deadline soal Sybil leek dengan membaca bukunya, yang sampai artikel ini diturun buku itu belum selesai aku baca buku itu.
Maka saya persembahkan artikel pertama tentang kehidupan Sybil leek, yang saya ringkas dari buku : Petuah bijak seorang penyihir
selamat menikmati......